Friday, May 18, 2012

Subuh di Kota Palu

Mataku berbinar menyaksikan sebuah oasis di fajar hari yang sungguh tak terbayangkan. Perjalanan darat semalam suntuk dari Buol ke Palu yang berliku dan hampir diselimuti kegelapan sepanjang jalan, telah membuat mataku layu dan seluruh tubuhku lunglai. Tetapi gemerlap lampu yang membentuk lengkung-lengkung megah dari kejauhan itu telah membangunkanku dari rasa kantuk yang berat. Dari dekat, jembatan lengkung Ponulele yang bertaburan lampu itu sungguh sebuah wahah yang tidak sekedar menjadi ornamen perkotaan tetapi representasi gairah  masyarakat Palu yang juga menghapus redup semangatku di subuh yang masih sepi ini.

Friday, May 4, 2012

Sugriyah

Pengabdian Seorang Istri Untuk Suami yang Gangguan Jiwa

 
Sugriyah terpaksa harus berpindah-pindah menginap dari tetangga yang satu ke tetangga berikutnya agar dapat tidur dengan tenang. Sudah puluhan tahun ia tak berani tidur di rumahnya sendiri karena takut dicelakai oleh suaminya yang sakit jiwa. Pagi hari ia kembali ke rumah untuk menyiapkan kopi untuk suaminya sebelum Sugriyah berangkat kerja sebagai buruh tani di sawah-sawah tetangga. Ia mengambil alih peran sebagai kepala rumah tangga tetapi sekaligus seorang istri yang hidup dalam ketakutan.

Thursday, May 3, 2012

Tari Dayakan

Asimilasi Seni Tari Magelangan Yang Memikat


Di pelataran sekolah anakku di daerah Mertoyudan, Magelang, sontak saya terkesima oleh kehadiran sekolompok anak-anak remaja yang mengenakan pakaian berwarna-warni, kontras-mencolok, penuh ornament, juga dihiasi dengan tutup kepala dan rias wajah yang sangat menarik. Belum hilang ketakjuban ini, saya makin bingung ketika mendengar nama tarian yang akan mereka bawakan, Dayakan. Sebuah nama yang bagiku menjadi sangat asing ketika semua ini berada di tengah wilayah budaya Jawa, bahkan masih di seputaran pusat budaya Jawa yaitu Jogjakarta dan Surakarta.