Pasung


Pasung dikenal sebagai salah satu cara untuk menangani penderita gangguan jiwa. Cara ini dapat dianggap sebagai solusi terburuk dan mungkin paling kejam karena sebagian besar dari mereka yang dipasung justru berakhir dengan kondisi yang lebih mengenaskan. Meskipun demikian ternyata praktek ini masih marak dan bahkan dilakukan oleh masyarakat modern.

Setelah dibiarkan terjadi sekian lama, pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2011 lalu, pemerintah baru sadar untuk mengambil inisiatif mendorong semua pihak membawa Indonesia bebas pasung di tahun 2014. Setiap Propinsi, Kabupaten/Kota kemudian serentak mengambil peran dengan menyiapkan satuan tugas/relawan/tim dan apapun namanya yang misinya "bebas pasung" untuk wilayahnya masing-masing. Di Jawa Tengah misalnya, Gubernur merespon program Departemen Kesehatan tersebut dengan tekad membawa Jawa Tengah Bebas Pasung 2012.

Apa yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat kita sehingga pemasungan harus dipilihnya? Blog ini akan mencoba menelusuri kasus-kasus pemasungan yang terjadi di wilayah Indonesia, khususnya yang terjadi di daerah-daerah terpencil. Penulis akan melalukan research secara sederhana dengan melakukan observasi cross-sectional, dengan melakukan wawancara terhadap anggota keluarga, diskusi dengan staf kesehatan setempat, bertemu dengan tokok masyarakat formal/informal yang ada di desa setempat dan juga tetangga dekat lokasi pemasungan.

Hasil observasi tidak akan disampaikan dalam bentuk laporan ilmiah 'resmi' maupun 'tidak resmi', tetapi cenderung dalam bentuk features yang mengedepankan human interest story. Harapannya adalah agar para pembaca tergugah untuk ikut merenungkan betapa masih banyak orang-orang yang sungguh-sungguh hidup dalam derita yang perlu uluran tangan-tangan kita semua.

Bayangkan saja, data perkiraan pemerintah pusat, masih ada hampir 20 ribu orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) kini hidup dalam pasungan.

Misi kecil www.jiwasehat.blogspot.com segera dimulai pada April 2012 untuk menelusuri pedesaan di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur serta beberapa provinsi di Indonesia antara lain Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Selatan mulai bulan depan sampai pertengahan 2014.

Hasil lawatan akan disuguhkan dalam serial tulisan "Nusantara Terpasung" yang diharapkan segera sampai ke layar pembaca mulai pertengahan April atau awal Mei 2012.  

5 comments:

alin said...

jadi inget film jaman kecil .. ada istri/ibu dipasung sama orang tuanya..
kesian liatnya.. :(

good luck untuk researchnya.. dan juga misinya..

Iono Sandjojo said...

Faktanya bisa lebih pedih dari film. Hunting hari pertama ke Banten Sabtu (31/3) kemarin aku ketemu "Chained Man" dan seorang istri yang "terpasung" oleh suaminya yang mengalami gangguan kejiwaan. Ada 2 orang lainnya lagi yang dipasung lebih dari 10 tahun di sebuah dusun yang sangat miskin. Saat aku sampai di sana, kedua orang ini dikabarkan oleh para tetangganya sudah meninggal 2 minggu yang lalu secara berurutan. Sangat tragis. Tulisan lengkap segera diupload.

Terima kasih dukungannya dan salam hangat,

Iono Sandjojo

okta said...

Banyak keluarga memilih memasung anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan. Alasannya sederhana, jika tidak dipasung mereka akan mengganggu warga, atau sering berpergian jauh hingga tak kembali atau tersesat. Persoalan lain, sebagian warga menganggap penyakit jiwa merupakan 'guna-guna' ataupun kutukan dewa.
ironi ya Om,,,
semoga saja, dengan adanya artikel-artikel ini keluarga dan masyarakat lebih bijaksana dalam menghadapinya,,,
salam semangat Om,,,,

Iono Sandjojo said...

Hi Okta...alasan-alasan seperti itu saya akui benar, apalagi bila kita bisa memahami cara berpikir sebagian masyarakat yang memang masih sangat sederhana. Ketika mendengar sendiri alasan mereka memasung dan melihat kondisi ekonomi keluarga yang sangat memprihatinkan, sejujurnya, keputusan memasung itu sangat bisa dimengerti. Tentang guna-guna atau pandangan mistik lainnya, inilah yang seharusnya dijelaskan oleh otoritas kesehatan sehingga masyarakat makin melek kesehatan jiwa; bukan seakan-akan dibiarkan sehingga makin banyak keluarga menjerumuskan orang dengan masalah kejiawaan (ODMK) ke situasi yang makin buruk karena salah penanganan.

Saya memang punya harapan agar penulusuran yang saya lakukan ini akan membuka drama pemasungan sebagai media pembelajaran untuk semua pihak, terutama stakeholder di daerah dan juga pusat, untuk menggapai hal-hal yang lebih baik. Mungkin tidak semua orang menganggap tulisan seperti ini penting, dan bisa juga hanya melihatnya sebagai pernak-pernik kehidupan seperti halnya tontonan sinetron di televisi - setelah dilihat dan dibaca, ya sudah nothing to do. Di sisi lain akan ada yang akan merasa diusili oleh tulisan di blog ini karena dianggap memalukan otoritas kesehatan di daerah yang alpa mengidentifikasi kasus pemasungan di daerahnya dan lain sebagainya. Apapun respon pembaca, saya berharap ada sebagian masyarakat kita akan makin terbuka hatinya melihat begitu banyak penderitaan yang menimbulkan penderitaan-penderitaan baru karena salah tindakan dan juga sebenarnya, salah urus pemerintah kita dalam upaya menyehatkan masyarakat kita sendiri.

Salam hangat,
Iono Sandjojo

Oding said...

Sesuatu yang tidak terlihat penting dapat menggerakkan banyak hal. Semoga hasilnya nanti dapat menggerakkan bukan hanya pihak yang terkait. Doa saya menyertai anda.